8 Permasalahan Irigasi Indonesia

Sebagai negara yang sebagian besar penduduknya bekerja dalam sektor pertanian, maka pembangunan irigasi sangatlah penting bagi bangsa ini. Ada banyak sekali permasalahan yang timbul dalam usaha pembangunan fasilitas pertanian ini baik faktor alam maupun manusianya. Berikut adalah beberapa ulasan tentang permasalahan irigasi yang ada di-Indonesia.

1.    Fluktuasi ketersedian jumlah air.
Indonesia adalah negara beriklim tropis dengan dua musim. Secara umum kebutuhan air akan meningkat drastis pada musim kemarau padahal jumlah air yang tersedia pada musim kemarau bisa dibilang sedikit. Kemudian pada musim penghujan terjadi hal yang sebaliknya, jumlah air sangat melimpah hingga harus dibuang melalui saluran drainasi menuju laut. Tantanganya adalah bagaimana cara menyimpan jumlah air yang berlebihan saat musim penghujan untuk di distribusikan pada musim kemarau. Maka dibutuhkan bangunan penampung air seperti waduk, situ dan saluran air sangat berperan dalam kasus ini.

2.    Daerah rawan banjir.
Berkaitan dengan dengan masalah pertama tentang fluktuasi air permukaan pada musim penghujan jumlah air sangat melimpah apabila salah dalam penanganan akan mengakibatkan bencana banjir. Sistem irigasi yang baik seharusnya bisa menyimpan air yang melimpah tanpa menyebabkan banjir.

3.    Permasalahan topografi.
Kita tahu bahwa sifat air adalah mengalir dari dataran tinggi ke rendah. Disini terdapat masalah, kadang-kadang ketersediaan sumber air permukaan tidak sesuai dengan kebutuhan. Ada sumber air yang terletak sangat jauh dari sawah petani sehingga jika dibuat jaringan irigasi akan sangat mahal sekali. Ada pula yang dekat dengan areal persawahan tapi posisinya lebih rendah, ini adalah suatu kondisi yang tidak menguntungkan. Oleh karena itu diperlukan bangunan yang mampu mempertinggi muka air semacam bendung atau pompa air. Maka investasi yang besar dibutuhkan untuk mengatasi masalah ini.

4.    Keadaan tanah.
Mengapa keadaan tanah dimasukan dalam permasalah irigasi? Jenis tanah akan menjadi faktor penting dalam usaha mencapai eberhasilan pembangunan irigasi. Tanah yang baik adalah tanah yang subur untuk tanaman dan tidak porous. Tanah harus bisa menyimpan air dalam waktu yang cukup lama agar tidak meresap hilang kedalam bumi. Maka jenis tanah tertentu ada yang tidak cocok untuk dijadikan daerah pertanian. Sebagai contoh tanah di daerah karst atau pegunungan kapur, tidak cocok sebagai irigasi pertanian karena terlalu porous sehingga air mudah hilang.

5.    Sumber daya manusia.
Faktor yang paling utama untuk mencapai keberhasilan pembangunan irigasi adalah SDM yang ada itu sendiri. SDM yang saya maksud dalam hal ini adalah para petani. Perilaku petani dalam memandang air yang masih bersifat sosial (bebas), Perilaku petani dalam mengelola sarana dan prasarana irigasi masih minim (rasa memiliki sangatlah kurang), SDM petani kita masih rendah, sebagian besar petani kita kurang kerjasama dalam pengelolaan irigasi.

Foto disamping adalah salah satu contoh kekurang pedulian warga dalam menjaga kebnersihan saluran irigasi. Ini adalah salah satu contoh masalah sosial yang kadang tidak diperdulikan. Degan adanya sampang yang sebanyak itu maka jaringan irigasi tidak akan bekerja dengan lancar dan bisa mendatangkan bencana banjir.

Terlepas dari perilakunya, hal yang lebih mendasar lagi untuk membuka sawah ialah seberapa banyak jumlah petani yang ada dalam suatu wilayah tersebut dan apakah mereka bersedia? Hal itu harus dipastikan terlebih dulu sebelum membangun jaringan irigasi didaerah persawahan yang baru.


6.    Pembebasan lahan.
Faktor sulit atau tidaknya pembebasan lahan sangat berpengaruh terhadap cepat atau tidaknya pembangunan irigasi itu dilaksanakan. Hal ini tidak bisa terlepas dari kerelaan pemilik lahan untuk diajak berkompromi. Setahu saya pembebasan lahan di-Indonesia merupakan suatu yang cukup sulit. Hal ini harus diatasi dengan memberikan kompensasi yang memadai bagi para pemilik lahan.

7.    Peningkatan jumlah penduduk.
Peningkatan jumlah penduduk yang terjadi saat ini sudah cukup memberikan maslah dalam bidang pertanian, terutama didaerah jawa. Masalah tersebut adalah berubahnya fungsi lahan pertanian menjadi perumahan penduduk. Semakin menyempitnya lahan akan menjadikan produksi hasil pertanian juga menurun.

8.    Pembangunan kadang tidak memberikan fasilitas penunjang hidup yang memadai.

Pembangunan irigasi untuk persawahan tidak bisa berdiri sendiri. Pembangunan ini harus berkesinambungan dengan sarana dan prasarana penunjang kehidupan petani yang lain diantaranya : pembangunan jaringan transportasi yang baik, fasilitas lingkungan, tidak terpencil dan kemudahan untuk memenuhi kebutuhan yang lain.


Ditulis oleh : Niam Afandi Wibowo
Twitter        : @niam_naim

Pengujian Beton Self Compacting Concrete (SCC)

Agar dapat memenuhi persyaratan beton SCC, perlu dilakukan beberapa pengujian pada beton segar untuk mengukur karakteristik workability SCC. Terdapat tiga karakteristik diantaranya adalah Filling Ability, Passing Ability, dan Segregation Resistance.
Filling Ability adalah kemampuan beton segar untuk mengisi setiap ruang dalam bekisting tanpa terdapat rongga udara.
Passing Ability adalah kemampuan beton segar untuk mengalir dan melewati halangan, dalam hal ini adalah untuk melewati celah-celah antar tulangan yang rapat.
Segregation Resistance adalah kemampuan beton segar untuk mampu bertahan dari pemisahan antar material sehingga memiliki workability yang tinggi.
Berbagai macam pengujian beton segar SCC telah diusulkan, diantaranya adalah U-test, L-Box Test, Slump flow T50, dan V-funnel test. 

Berikut adalah tujuan dari setiap test:
-) U-Box test digunakan untuk mengukur filling ability.
-) L-Box test digunakan untuk mengamati karakteristik material terhadap flowability, blocking, dan segregation.
-) Slump flow test digunakan untuk menetukan flowability (kemampuan alir) dan stabillitas SCC
-) V-Funnel test digunakan untuk mengukur filling ability dan stabilitas dari beton segar.

Berikut adalah gambar alat ujinya:

Gambar Alat Uji U-Box Test

 
Gambar Alat Uji L-Box Test

Gambar Alat Uji Slump-flow Test

Gambar Alat Uji V-Funnel Test







Self Compacting Concrete (SCC)

sumber gambar : http://www.voscc.dk/
Seiring dengan perkembangan zaman, kreatifitas manusia juga semakin maju. Banyak sekali inovasi dan ide unik yang muncul, terutama dalam bidang konstruksi beton bertulang. Seperti yang kita tahu bahwa proses pengerjaan beton bertulang cukup sulit apabila dibandingkan dengan beton biasa. Salah satunya jarak tulangan yang rapat terkadang memunculkan permasalahan mengenai penuangan/pengecoran beton. Pengecoran yang tidak sempurna, menghasilkan beton berkualitas jelek seperti keropos/porous, permeabilitas tinggi, atau beton mengalami pemisahan material.
Berdasarkan permasalahan yang ada maka munculah ide untuk menciptakan beton yang bisa mengalir sendiri melewati tulangan untuk mengisi ruang-ruang kosong dalam bekisting dan mencapai tinggi permukaan dengan rata tanpa mengalami bleeding dan segregasi. Jenis Beton ini kemudian disebut dengan nama beton memadat mandiri atau Self Compacting Concrete (SCC).
Beton SCC merupakan penelitian yang sudah lama dilakukan di Jepang mulai era tahun 1980an. Penelitian ini berhasil diselesaikan pada tahun 1988, dan untuk pertama kali diperkenalakan oleh Okamura pada tahun 1990’an sebagai upaya mengatasi masalah pengecoran di Jepang. Beton jenis ini menawarkan banyak kemudahan dalam pengerjaanya. Kita tahu dalam pelaksanaan beton konvensional dilapangan, membutuhkan banyak tenaga untuk melakukan pemadatan dengan bantuan alat seperti vibrator. Karena itu self compacting Concrete hadir untuk mengatasi masalah tersebut sehingga dalam proses pengerjaanya tidak memerlukan banyak pekerja.
Dengan pengerjaan yang mudah beton self compacting juga dapat memenuhi tuntutan desainer untuk mewujudkan suatu struktur dengan tulangan yang kompleks. Dengan campuran yang mudah berdeformasi tetapi tetap dapat mempertahankan kekentalannya (viskositasnya) maka beton SCC akan memadat sendiri dan tidak mengalami segregasi.
Saat ini self compacting concrete  tidak hanya dipergunakan di Jepang. Penelitian tentang self compacting concrete masih terus dilakukan dibanyak negara termasuk di Indonesia menyangkut tentang metode pencampuran (mix design) yang paling efektif. Penilitian ini akan terus dilakukan sampai self compacting concrete akan menjadi beton standar untuk masa depan.
Banyak sekali keuntungan yang didapat dari penggunaan self compacting concrete untuk beton precast, prestress di bidang industri dan penggunaan di bidang konstruksi. Keuntungan yang bisa didapat antara lain:
-       mengurangi kebisingan di lokasi proyek,
-       mempermudah proses pengecoran di lapangan,
-       proses konstruksi bisa berlangsung lebih cepat,
-       meningkatkan kualitas dan daya tahan bangunan,

-       kekuatan yang dihasilkan lebih tinggi.

Green Building

sumber gambar : http://www.ukgbc.org/

Sektor bangunan di Indonesia memiliki kontribusi yang cukup besar terutama dalam konsumsi energi, konsumsi air, pemakaian lahan, dan beberapa masalah lainnya yang memiliki potensi berdampak terhadap lingkungan, untuk itulah perlunya menerapkan suatu konsep bangunan hijau (green building). Pada dasarnya green building merupakan salah satu praktek dalam membangun, yang dimulai dari pekerjaan struktur hingga pelaksanaan konstruksi secara keseluruhan. Secara nyata hal tersebut harus diupayakan agar pelaku pembangunan bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sumber daya yang ada seefisien mungkin, dalam satu siklus hidup sebuah bangunan. Jadi tidak hanya bermodal desain saja, tetapi harus direalisasikan dalam proses konstruksi, pemeliharaan bangunan hingga proses renovasi dan dekonstruksi, jika kondisinya perlu dilakukan pada bangunan yang ada. Green building adalah konsep yang menekankan peningkatan efisiensi dalam penggunaan lahan, air, energi, dan bahan material maupun sumber daya lainya.
Inti dari konsep green building yang sebenarnya adalah bangunan yang ramah terhadap lingkungan. Bangunan yang mampu mengolah secara efisien segala jenis bentuk potensi energi yang ada dan mampu menekan sumbangan polutan ke alam. Bangunan hijau (green building) tidak boleh dimaknai dengan sekedar bangunan yang di warnai dengan cat warna hijau, juga tidak hanya bangunan dengan halaman yang luas untuk taman.
Indonesia adalah negara yang sangat kaya dengan energi alamnya. Mulai dari laut, sungai, panas bumi, angin, sinar matahari semuanya menyimpan potensi energi yang sangat besar. Maka konsep green building yang bisa diterapkan juga beragam dan bisa dibangun di mana saja, baik itu di pantai, dataran rendah bahkan di pegunungan.
Selain dengan penataan lahan dan taman, bangunan yang bisa menciptakan energi listrik secara mandiri sudah bisa dikatakan sebagai green building. Energi listrik itu bisa diperoleh dengan memasang solar sel untuk mengolah energi potensial dari sinar matahari atau dengan menggunakan konsep kincir angin untuk merubah energi mekanis menjadi listrik. Green building juga harus bisa mengolah limbahnya secara mandiri semisal dengan memasang sumur peresapan untuk membuang limbah rumah tangga yang berupa air kotor. Itu adalah beberaapa contoh konsep green building untuk rumah tinggal. Konsep yang lebih luas tentang green building saat ini juga masih terus berkembang untuk bangunan-bangunan komersial, tak hanya bangunan 1 atau 2 lantai tetapi bangunan bertingkat pencakar langit juga sudah banyak yang menerapkan konsep ini.
Jika setiap rumah penduduk disuatu wilayah memiliki solar sel maka setiap rumah akan mampu memproduksi listrik secara mandiri. Mengingat kondisi iklim alam indonesia yang sangat menunjang untuk konsep itu maka keuntungan pasti bisa dimaksimalkan, produksi listrik yang sebagian besar menggunakan tenaga uap dengan memanfaatkan minyak bumi dapat ditekan sehingga penghematan besar-besaran bisa dilakukan.
Untuk menciptakan sebuah bangunan yang dapat dikatakan green sebetulnya tidaklah sulit, semua itu akan berpulang pada komitmen setiap individu sebagai perencana sebuah bangunan. Karena bisa jadi masing-masing hanya melihat bahwa untuk mewujudkan green building akan menelan biaya yang cukup mahal. Namun, jika mau berhitung, dengan menggunakan konsep green building yang melekat pada bangunanya sebenarnya akan menjadi lebih murah jika dilihat perspektifnya kedepan. Hal itu terjadi karena dalam konsep green building pemakaian energi akan jauh lebih efisien, belum lagi terkait dengan pemakaian materialnya khususnya untuk bangunan komersial seperti pertokoan, perkantoran, hotel, mall dan lain-lain.


Memang benar pada awal pembangunan dengan konsep green building akan terasa lebih mahal tapi sekali lagi manfaatnya sangatlah besar. Ini seperti konsep berwirausaha. Memang pada dasarnya dibutuhkan sebuah investasi besar untuk penghematan secara permanen dan untuk mendapatkan keuntungan secara berkesinambungan.

Kedudukan Bahasa Indonesia Sebagai Alat Pemersatu dan Jati Diri Bangsa



Kita tahu bahwasanya masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai macam suku dan budaya  dengan bahasa yang berbeda-beda. Akibatnya akan terjadi sebuah kesulitan dalam berkomunikasi, kecuali ada satu bahasa pokok yang digunakan. Disinilah peranan penting sebuah bahasa pemersatu dibutuhkan. Kedudukan bahasa pemersatu ini sangatlah penting.
Mengacu pada keragaman yang ada pada Indonesia dari suku, agama, ras, dan budaya, bahasa Indonesia dijadikan sebagai media yang dapat membuat kesemua elemen masyarakat yang beragam tersebut kedalam sebuah persatuan. Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dan perhubungan nasional. Bisa dibayangkan apabila tidak ada bahasa pemersatu di Indonesia maka pasti terjadi perpecahan diantara warga negara yang memiliki perbedaan suku, ras, agama dan budaya tersebut. Dengan digunakanya Bahasa Indonesia maka perbedaan diantara sesama warga negara itu seakan melebur, hilang dan menjadi satu yaitu Warga Negara Indonesia. Disitulah peran Bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa.

Bahasa Indonesia merupakan sebuah jati diri nasional, orang dari aceh yang melihat dan mendengar orang papua yang berbicara dengan Bahasa Indonesia pun langsung tahu kalau dia orang Indonesia walaupun perbedaan logat dan fisik diantara mereka sangatlah mencolok. Kedudukan bahasa Indonesia sangatlah penting bagi bagi keberlangsungan negara ini. Tanpa adaya bahasa ini Indonesia akan terpecah belah oleh perbedaan suku yang memiliki bahasa daerahnya masing-masing, ras, agama dan budaya yang sangat beragam.