Self Compacting Concrete (SCC)

sumber gambar : http://www.voscc.dk/
Seiring dengan perkembangan zaman, kreatifitas manusia juga semakin maju. Banyak sekali inovasi dan ide unik yang muncul, terutama dalam bidang konstruksi beton bertulang. Seperti yang kita tahu bahwa proses pengerjaan beton bertulang cukup sulit apabila dibandingkan dengan beton biasa. Salah satunya jarak tulangan yang rapat terkadang memunculkan permasalahan mengenai penuangan/pengecoran beton. Pengecoran yang tidak sempurna, menghasilkan beton berkualitas jelek seperti keropos/porous, permeabilitas tinggi, atau beton mengalami pemisahan material.
Berdasarkan permasalahan yang ada maka munculah ide untuk menciptakan beton yang bisa mengalir sendiri melewati tulangan untuk mengisi ruang-ruang kosong dalam bekisting dan mencapai tinggi permukaan dengan rata tanpa mengalami bleeding dan segregasi. Jenis Beton ini kemudian disebut dengan nama beton memadat mandiri atau Self Compacting Concrete (SCC).
Beton SCC merupakan penelitian yang sudah lama dilakukan di Jepang mulai era tahun 1980an. Penelitian ini berhasil diselesaikan pada tahun 1988, dan untuk pertama kali diperkenalakan oleh Okamura pada tahun 1990’an sebagai upaya mengatasi masalah pengecoran di Jepang. Beton jenis ini menawarkan banyak kemudahan dalam pengerjaanya. Kita tahu dalam pelaksanaan beton konvensional dilapangan, membutuhkan banyak tenaga untuk melakukan pemadatan dengan bantuan alat seperti vibrator. Karena itu self compacting Concrete hadir untuk mengatasi masalah tersebut sehingga dalam proses pengerjaanya tidak memerlukan banyak pekerja.
Dengan pengerjaan yang mudah beton self compacting juga dapat memenuhi tuntutan desainer untuk mewujudkan suatu struktur dengan tulangan yang kompleks. Dengan campuran yang mudah berdeformasi tetapi tetap dapat mempertahankan kekentalannya (viskositasnya) maka beton SCC akan memadat sendiri dan tidak mengalami segregasi.
Saat ini self compacting concrete  tidak hanya dipergunakan di Jepang. Penelitian tentang self compacting concrete masih terus dilakukan dibanyak negara termasuk di Indonesia menyangkut tentang metode pencampuran (mix design) yang paling efektif. Penilitian ini akan terus dilakukan sampai self compacting concrete akan menjadi beton standar untuk masa depan.
Banyak sekali keuntungan yang didapat dari penggunaan self compacting concrete untuk beton precast, prestress di bidang industri dan penggunaan di bidang konstruksi. Keuntungan yang bisa didapat antara lain:
-       mengurangi kebisingan di lokasi proyek,
-       mempermudah proses pengecoran di lapangan,
-       proses konstruksi bisa berlangsung lebih cepat,
-       meningkatkan kualitas dan daya tahan bangunan,

-       kekuatan yang dihasilkan lebih tinggi.

Green Building

sumber gambar : http://www.ukgbc.org/

Sektor bangunan di Indonesia memiliki kontribusi yang cukup besar terutama dalam konsumsi energi, konsumsi air, pemakaian lahan, dan beberapa masalah lainnya yang memiliki potensi berdampak terhadap lingkungan, untuk itulah perlunya menerapkan suatu konsep bangunan hijau (green building). Pada dasarnya green building merupakan salah satu praktek dalam membangun, yang dimulai dari pekerjaan struktur hingga pelaksanaan konstruksi secara keseluruhan. Secara nyata hal tersebut harus diupayakan agar pelaku pembangunan bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sumber daya yang ada seefisien mungkin, dalam satu siklus hidup sebuah bangunan. Jadi tidak hanya bermodal desain saja, tetapi harus direalisasikan dalam proses konstruksi, pemeliharaan bangunan hingga proses renovasi dan dekonstruksi, jika kondisinya perlu dilakukan pada bangunan yang ada. Green building adalah konsep yang menekankan peningkatan efisiensi dalam penggunaan lahan, air, energi, dan bahan material maupun sumber daya lainya.
Inti dari konsep green building yang sebenarnya adalah bangunan yang ramah terhadap lingkungan. Bangunan yang mampu mengolah secara efisien segala jenis bentuk potensi energi yang ada dan mampu menekan sumbangan polutan ke alam. Bangunan hijau (green building) tidak boleh dimaknai dengan sekedar bangunan yang di warnai dengan cat warna hijau, juga tidak hanya bangunan dengan halaman yang luas untuk taman.
Indonesia adalah negara yang sangat kaya dengan energi alamnya. Mulai dari laut, sungai, panas bumi, angin, sinar matahari semuanya menyimpan potensi energi yang sangat besar. Maka konsep green building yang bisa diterapkan juga beragam dan bisa dibangun di mana saja, baik itu di pantai, dataran rendah bahkan di pegunungan.
Selain dengan penataan lahan dan taman, bangunan yang bisa menciptakan energi listrik secara mandiri sudah bisa dikatakan sebagai green building. Energi listrik itu bisa diperoleh dengan memasang solar sel untuk mengolah energi potensial dari sinar matahari atau dengan menggunakan konsep kincir angin untuk merubah energi mekanis menjadi listrik. Green building juga harus bisa mengolah limbahnya secara mandiri semisal dengan memasang sumur peresapan untuk membuang limbah rumah tangga yang berupa air kotor. Itu adalah beberaapa contoh konsep green building untuk rumah tinggal. Konsep yang lebih luas tentang green building saat ini juga masih terus berkembang untuk bangunan-bangunan komersial, tak hanya bangunan 1 atau 2 lantai tetapi bangunan bertingkat pencakar langit juga sudah banyak yang menerapkan konsep ini.
Jika setiap rumah penduduk disuatu wilayah memiliki solar sel maka setiap rumah akan mampu memproduksi listrik secara mandiri. Mengingat kondisi iklim alam indonesia yang sangat menunjang untuk konsep itu maka keuntungan pasti bisa dimaksimalkan, produksi listrik yang sebagian besar menggunakan tenaga uap dengan memanfaatkan minyak bumi dapat ditekan sehingga penghematan besar-besaran bisa dilakukan.
Untuk menciptakan sebuah bangunan yang dapat dikatakan green sebetulnya tidaklah sulit, semua itu akan berpulang pada komitmen setiap individu sebagai perencana sebuah bangunan. Karena bisa jadi masing-masing hanya melihat bahwa untuk mewujudkan green building akan menelan biaya yang cukup mahal. Namun, jika mau berhitung, dengan menggunakan konsep green building yang melekat pada bangunanya sebenarnya akan menjadi lebih murah jika dilihat perspektifnya kedepan. Hal itu terjadi karena dalam konsep green building pemakaian energi akan jauh lebih efisien, belum lagi terkait dengan pemakaian materialnya khususnya untuk bangunan komersial seperti pertokoan, perkantoran, hotel, mall dan lain-lain.


Memang benar pada awal pembangunan dengan konsep green building akan terasa lebih mahal tapi sekali lagi manfaatnya sangatlah besar. Ini seperti konsep berwirausaha. Memang pada dasarnya dibutuhkan sebuah investasi besar untuk penghematan secara permanen dan untuk mendapatkan keuntungan secara berkesinambungan.